PETA Jember Raya

Monday, April 14, 2008

HATI-HATI MEMABACA!

Selamat menulis awas jangan bawa virus! apa virusnya? "MALAS"
ayo kaji Islam secara serius..
Lamongan, Juni 1998.
Kodrat manusia selalu dipertemukan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang cinta. Namun ketika cinta menjadi ketertarikan pada lawan jenis, maknanya lalu digagahi napsu birahi yang cenderung menguasai, yang cenderung menarik kesimpulan-kesimpulan dini pada sesuatu yang seharusnya dialirkan dan diambangkan.

Dan aku telah mengulangi kesalahan Adam saat ia terjatuh dari sorga kanak-kanak karena birahi, lantas berteriak: Rabbanaa dhalamnaa… (Duh Gusti, mengapa hamba bisa beronani?) Setiap orang akan selalu mengulangi kesalahan Adam ketika sampai pada mimpi basah pertama. Birahi, ya, birahi. Ada yang terlepas dari tubuh kita yang murni namun tak mampu kita menariknya kembali. Dan yang terlepas itu kemudian menjadi anak-anak yang kita bekali dengan pikiran-pikiran mesum kita. Konon, setelah menciptakan Adam, Tuhan pun mandi besar, membasahi sekujur badan. Dan Ia pun malu melihat telanjangNya sendiri.
Malam merangkak naik, mengejar matahari yang akan mengusir kegelapannya. Sementara matahari tak pernah berlari.

Nganjuk, Maret 2003.
Dari manakah ada bermula? Ada bermula dari ketiadaan. Namun ketiadaan itu pun ada. Jika ketiadaan itu tidak ada, maka ada tidak bisa dilahirkan. Jadi, ketiadaan itu harus ada, harus ada di mana-mana, tanpa batas, agar ada bisa mengada. Dan Tuhan itu ada—Ia berasal dari Ketiadaan.
Di mana letaknya jiwa? Di jantung, kepala, atau aliran darah? Antara satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lain saling berkaitan. Semuanya bergerak dan mengalir dalam ketunggalan. Ia hadir pula dalam bebatuan, air, tetumbuhan, hewan, dan manusia. Para pencinta melihat wajahNya di mana-mana.
Dari mana asalnya hidup? Hidup berasal dari ketidakhidupan. Namun, ketidakhidupan itu pun harus hidup. Bagaimana mungkin yang tak hidup bisa menciptakan kehidupan? Bisakah seorang ibu yang telah mati melahirkan anaknya? jadi, kehidupan adalah abadi. Hidup di sini, hidup di sana, sama saja. Hidup terus mengalir, tak pernah mengalami kematian, ketidakhidupan.
Di mana Tuhan berada? Jika asal segala sesuatu adalah Tuhan, maka tempat yang menampung Tuhan itu pun tidak eksis bila Tuhan tidak ada. Karenanya, Tuhan tak mempunyai tempat, namun segala tempat ada di dalam Tuhan. Sehingga segala tempat yang kita bayangkan adalah tempat Tuhan. Dari kesadaran inilah, lahirlah seorang nabi.
Dari mana asalnya wujud? Sesuatu yang berwujud berasal darti ketidakwujudan. Karenanya yang tidak wujud itu pun memiliki wujud. Wujud berasal dari pikiran yang mewujud. Segala sesuatu mempunyai wujud. Kegaiban, atau apa pun namanya, jelas mempunyai wujud.

Lamongan, 15 Agust. 1998.
Vagina! Sarana yang dibutuhkan Tuhan dalam penciptaan. Ada misteri di dalam vagina. Tuhan maha pencipta, namun sifat mencipta itu dititipkanNya dalam vagina wanita. Bisa dikatakan, Tuhan berada dalam rahim seorang ibu. Dan Ssssttt…, jangan-jangan Tuhan pun wanita. Amanat penciptaan itu dikandung oleh seorang wanita dalam rahimnya. Tanpa vagina wanita, kehidupan tidak akan tercipta.
Kini, kenalilah bentuk vagina yang bertebaran di mana-mana. Kenalilah ibumu dalam setiap wujud yang kau saksikan. Karena di telapak kakinyalah sorga berada. Dan kau, lelaki, ada vagina dalam tubuhmu yang jarang kausadari namun terus kau rindui. Temukanlah vagina dalam dirimu, wahai lelaki, hingga kau tak lagi terobsesi vagina di luar diri.

Lamongan, 9 Juli 1999.
Neraka itu lautan api, dengan batu-batu dan manusia sebagai bahan bakarnya. Penuh ular, duri, dan cairan timah membara. Orang-orang Islam meyakininya seperti itu, maka jadilah neraka seperti itu. Lalu mereka jadi takut memasukinya.
Sorga itu taman indah seluas langit dan bumi. Penuh bidadari cantik di dalamnya, makan minum tanpa kenyang, bercinta tanpa pernah loyo. Orang-orang Islam meyakini sorga seperti itu. Dan jadilah sorga seperti itu. Mereka jadi ingin memasukinya. Jika sorga seluas langit dan bumi, di manakah letaknya neraka?
Kalau begitu, apa bedanya antara sorga dan neraka dengan kehidupan dunia? Jika yang berbeda hanya kesangatan rasa (dalam suka dan duka)? Bukankah kenikmatan dan kesengsaraan itu sudah ada di dunia?
Jika penderitaan neraka tak bisa terkatakan pedihnya, lalu apa makna api, cairan timah, ular berbisa, dan duri bagi para pendosa? Jika kenikmatan sorga tak terkatakan indahnya, lalu apa makna susu, madu, bidadari cantik, dan sebagainya? Apa pula makna takut dan ingin, jika takut dan ingin adalah hasrat, dan Adam menjadi berdosa karena hasrat ingin berada dan mengaku berada?
Pengetahuan Tuhan melampaui keinginan dan ketakutan manusia. Ketakutan dan keinginan manusia menjadi ambigu bahkan bertentangan di dalamNya.
Jika aku tidak mau masuk neraka dan ingin masuk sorga, sedang pengetahuan Tuhan tentang diriku berbanding terbalik dengan keinginanku, maka bukankah takut dan ingin menjadi tidak bermakna? Usaha mengabdi hanyalah hakiki dan sejati bila kita ingin mendekati pengetahuanNya.
Hamba yang baik adalah hamba yang siap menerima keputusanNya. Keputusan adalah pengetahuanNya. Manusia menjadi ada karena hasratNya.
Jika tubuhku ini diseret ke neraka karena keinginanNya bukankah tak tahu sopan santun membantah keputusanNya? Orang-orang kafir itu jika disiksa di neraka akan menolak kehendakNya. Mereka hanya peduli pada api bukan pada yang Memberi api. Bukankah orang kafir itu menolak Kebenaran? Bukankah penolakan kehendak Tuhan tapi tak kuasa itu persis seperti ketika mereka menganggap liang neraka membara pada vagina wanita yang dizinahinya sebagai sorga? Inginnya tak sejalan dengan inginNya.
O, Tuhanku, Kasihku satu. Sudah kau suruh daku berpuasa menahan syahwat, berperang dalam derita dan mematikan napsu. Pantaskah diri memimpikan sorga yang begitu telanjang menegang zakar itu?
Sayangku di tanah jauh, kau tebarkan api sepanjang jejakmu. Karena cinta saja, kutapaki langkahmu, terbakar daku sepanjang langkahku. Mampukah api membakar diriku yang juga api, tersulut cinta yang dinyalakanNya? Sorga dan neraka tak ada artinya kalau belum sampai padammu, Sayangku.

Mencoba berikan tanggapan…
Assalamu’alaikum wr wb.
Aku memahami mereka akan selalu bertanya-tanya dan tidak akan pernah putus, karena bagi mereka kebebasan adalah nilai yang paling agung. Seolah-olah mereka mengatakan sebagaimana Voltaire “Saya tidak setuju dengan apa yang anda katakan, tapi saya akan membela sampai mati hak anda untuk mengatakannya”
Aku juga memahami mereka itu menyeru kuat agar “kekakuan” itu digugat dan terus dihancurkan.
Aku pikir mereka juga harus memaknai lebih dalam lagi tentang cinta..biasanya seseorang yang mencintai, dia akan selalu melayani dan mencari tahu karakteristik yang dicintainya. Begitu pertanyaan cintanya disampaikan maka ia telah memandang cinta itu dari dalam. Bagaimana mereka melihat Adam dari dalam? Dari mana mereka, di mana saat itu? Kerangka berfikir yang unfaith.
Pemikiran dan perasaan mereka dilengkapi Game Roles memaksa kita bermain di dalamnya. Di sinilah kehati-hatian sangat diperlukan, dan konsekuensinya adalah harga mahal, iman kita. Dan secara sosiologis, “kepentingan” mereka akan selalu mempengaruhi sikap dan tingkahlakunya.
Pernahkah kita berada dalam ketiadaan? Kalo iya, harusnya dia ada waktu itu dan kalo tidak, berarti dia mengandai-andai. Eksistensi dan noneksistensi adalah dua mata pisau, keduanya sama-sama tajamnya. Aku setuju dengan pendapat antum tentang bentuk yang mengisi ruang maka ada dua kemungkinan, yaitu wajib wujudnya atau mungkin wujudnya..keduanya memiliki dalil.
Mengenai Vagina dan Tuhan, seolah bersatu. Unlogic! Bagaimana sesuatu yang tampak dan tidak tampak dijadikan satu? Itu hanya ekspresi keinginan-keinginan mereka yang terbatas. Maksudnya mereka juga memakai batasan, Vagina dari Dalam dan Vagina dari Luar.
Ini mungkin yang dikatakan Michelle Foucault, bahwa pengetahuan tidaklah universal dikarenakan terdapat spesies dan genetis yang terus tumbuh dan berkembang. Aku pikir pemikiran dan perasaan mereka ini adalah partikular.
Mengenai Neraka dan Sorga, hal itu hanya kesan yang tidak sanggup kita visualisasikan! Sedangkan mereka seolah-olah melihat huru-haranya dan menilainya dengan begitu yakin. Jadi itulah keyakinan mereka. Dengan tidak yakin berarti mereka telah yakin, kan?
oleh karenanya bagi Muslim teks apapun tidak lepas dari tata atur spiritual yang membungkusnya.
Aku juga ingin bilang seandainya Tuhan tidak menciptakan Syaithon maka manusia hanya akan menerima satu, yaitu kebenaran, kebenaran itu dari Alloh SWT janganlah kamu menjadi orang yang meragukannya.
wassalam



Tempointeraktif.com - Iptek

Syariah